Penulis : MUHAMMAD SYAHRIAL
Kisah mistis ini sungguh-sungguh telah menimpa seorang sahabat saya (Penulis-Red). Demi menjaga privacy mereka, nama-nama tokoh sengaja telah disamarkan....
Kehilangan sesuatu yang kita cintai sungguh merupakan hal yang sangat menyakitkan. Apalagi kehilangan seorang pujaan hati, dambaan kalbu. Sungguh, ini kenyataan yang sangat pahit. Setidaknya, begitulah yang dialami Anita. Sejak kehilangan Andi, hidupnya serasa tak berarti. Hari-harinya penuh dengan kesedihan. Batinnya selalu dilanda gemuruh tak menentu yang membuatnya kembali menangis, menangis, dan menangis.
"Sudahlah, lupakanlah Andi, Nita! Sepanjang waktu pun kau menangis, dia tidak akan bisa kembali bersama kita," bujuk Siska, sahabat setianya yang selalu mencoba menghibur dan memberi harapan-harapan baru.
Siska boleh saja bicara seperti itu, sebab dia memang tidak merasakan apa yang dialami oleh Anita. Kematian Andi baginya merupakan kenyataan pahit yang sangat sulit dipercaya. Bagaimana mungkin dia bisa memperacayainya. Hanya sekitar satu jam sebelum malaikat maut merenggut nyawa Andi, Anita baru saja bersamannya. Bahkan mereka baru saja melakukan hal yang sama sekali terlarang bagi keduanya.
Ya, malam minggu itu sejak sore hingga malam hari mereka menikmatinya berdua saja. Mulanya mereka memadu kasih di tepi pantai sambil membicarakan tentang masa depan yang akan mereka jalani bersama. Entah setan mana yang akhirnya menuntun mereka melangkah ke kamar sebuah losmen sederhana. Di sanalah cinta mereka saling berlabuh. Andi memacu hasrat cintanya, dan Anita hanya bisa mendesah dan menjerit kecil dalam kepasrahan sorgawi. Lalu segalanya berubah begitu cepat. Kenikmatan itu sepertinya hanya sesaat saja mereka reguk. Di saat peluh belum lagi mengering, mereka telah terjerambab ke dalam jurang penyesalan. Anita hanya bisa menangisi sesuatu yang hilang dari dirinya. Miliknya yang paling berharga.
"Maafkan aku, Nita. Tidak seharusnya kita melakukan perbuatan ini, Sayang!" bisik Andi dengan mata nanar dan wajah pucat.
Anita menggeleng pelan sambil menggigit bibirnya yang indah. Dia pun coba membohongi dirinya, "Tidak, Sayang! Aku menangis begini justeru karena aku bahagia."
Mereka pun berpelukan mesra. Dan mereka mencoba untuk tidak menyesalinya.
Malam itu mereka pergi meninggalkan kamar losmen dengan hati yang mencoba sungguh-sungguh bahagia dengan kenistaan yang telah mereka lakukan. Dengan pelukan erat tangan Anita yang duduk di jok belakang, Andi memacu Kawasaki Ninja-nya menembus kegelapan malam. Andi yang senang ngebut tentu tak pernah mau kompromi dengan sepeda motornya. Dia memacu kendaraan itu nyaris seperti lesatan anak panah dari busurnya. Begitu cepat, hingga beberapa kali Anita harus mencubit pinggangnya agar sang kekasih mengurangi laju kendaraannya. Tapi Andi hanya mau mengerti sedikit saja. Hanya sesekali dia mengurangi laju sepeda motor ber-CC besar itu. Setelah itu dia kembali ngebut, hingga hanya sepuluh menit kemudian mereka tiba di rumah Anita.
Waktu itu jarum jam telah menunjukkan pukul 24 WIB lewat beberapa menit. Karena malam sudah cukup larut, Andi terpaksa tidak mampir lagi di rumah Anita. Setelah mengantar gadis kelas 3 SMA itu sampai depan pintu rumahnya, Andi pun segera berpamitan. Anita pun tidak memaksanya untuk singgah karena malam memang sudah hampir larut.
"Hati-hati, jangan ngebut ya, Sayang!" pesan Anita. Aneh, tak seperti biasanya dia berpesan seperti ini, sebab dia telah tahu hobi berat pacarnya itu. Dipesan seribu kali pun Andi pasti akan tetap ngebut.
Entah mengapa, Anita mengucapkan pesan tersebut malam itu. Mungkin hal ini semata-mata karena didorong oleh nalurinya yang memberi tahu bahwa akan terjadi sesuatu pada diri Andi, pacarnya. Dan kenyataannya memang seperti itulah. Satu jam setelah kepergian Andi, Anita yang sedang melamunkan sensasi mesra yang baru saja dilakukannya bersama Andi, tiba-tiba dikejutkan oleh bunyi ponselnya. Dan keterkejutannya kian sempurna ketika dia mendengar kabar dari seseorang nun jauh di sana.
"Andi baru saja tabrakan. Kalau sempat, lekaslah kau ke rumah sakit, Nita!"
Demikianlah kabar yang membuat Anita sekali lagi harus menumpahkan air matanya....
***
Anita jatuh tak sadarkan diri ketika malam itu tiba di rumah sakit dan mendapat berita bahwa Andi telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia sulit percaya dengan kenyataan yang sepertinya begitu cepat terjadi ini.
Tapi, memang begitulah yang telah telah terjadi. Andi harus mati karena kecerobohannya sendiri. Malam itu di jalanan dia mendapatkan musuh pengendara sepeda motor yang lain, yang mengajaknya balapan. Bagi Andi, pantang didahului oleh siapa pun ketika sedang ngebut. Namun sepeda motor itu tiba-tiba saja menyalipnya. Andi tentu saja panas hatinya. Dia segera mengejar sepeda motor itu. Kejar-kejaran pun terjadi. Dengan sepeda motor yang ber-CC besar Andi tentu saja berhasil menyalip. Namun dia rupanya lengah. Saat jalanan menikung, di sana ada sebuah mesin perata jalan yang tengah terparkir. Andi tak menduga sama sekali. Dia terlambat mengantispasi. Dengan kecepatan 150 Km. perjam sepeda motornya menghantam roda besi mesin itu. Andi terpental beberapa puluh meter. Kawasaki Ninja-nya ringsek dan patah menjadi dua bagian. Sementara itu tubuh Andi yang hanya terbuat dari tulang dan daging itu mengalami keadaan yang lebih parah. Tubuh itu remuk dengan kepala pecah. Andi pun meninggal di tempat kejadian.
Betapa tragis kematian Andi. Kenyataan inilah yang sulit diterima oleh Anita. Namun sesungguhnya bukan semata kepergian Andi yang tragis itu yang terus membuatnya bersedih. Kesedihan Anita juga ditambahi oleh apa yang telah dilakukan oleh Andi malam itu atas dirinya. Ya, tiba-tiba saja Anita menganggap betapa tidak adilnya kehidupan ini. Mengapa kehidupan harus berlalu dari diri Andi ketika cowok itu telah menanamkan noda di tubuhnya?
Sesungguhnya hal itulah yang membuat air mata Anita selalu mengalir deras, sehingga Siska yang paling dekat dengannya pun sulit untuk menghiburnya dari kesedihan.
"Sampai kapan kau akan terus menangisi kepergian Andi, Nita? Relakanlah dia berpulang ke sisiNya. Jangan bebani dia dengan tangismu!" bujuk Siska seperti seorang ibu yang berusaha meminumkan obat kepada anaknya yang masih balita.
Anita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berusaha menghentikan tangisnya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, kendati sebenarnya dia sangat ingin menceritakan hal yang sebenarnya kepada Siska. Namun dia takut Siska bukannya bersimpati, apalagi memberikan jalan keluar untuk dirinya, malahan Siska akan membenci dan mencemoohnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan Siska yang alim itu akan berubah benci dan menganggap dirinya sebagai gadis murahan.
***
Karena pukulan batin yang teramat berat, Anita yang selama ini dikenal sebagai primadona di SMA-nya itu akhirnya mengalami banyak perubahan. Hari-harinya tak lagi ceria. Kecantikannya pun mulai pudar. Lihatlah, rambutnya yang dulu indah tergerai kini berubah kusut masai tak terawat lagi. Kulitnya yang halus pun kini mulai tumbuh bintik-bintik merah dan kehitaman karena dia sudah malas mandi. Sehari-hari kerjanya hanya mengurung diri di dalam kamar. Dia bahkan sudah melupakan sekolahnya.
Pada malam 40 hari kematian Andi, Anita tiba-tiba berteriak-teriak histeris dan memohon agar Andi membawanya pergi bersamanya.
"Bawalah aku, Andi…! Aku ikut…aku ikut, Sayang!"
Begitulah kata-kata yang diucapkan Anita dalam rintih, tangis dan jeritannya. Ayah dan ibunya berusaha menenangkannya, termasuk juga kakak dan adiknya, serta pembantu yang bekerja di rumah itu.
"Sadarkah, Nak! Lupakanlah, Andi. Relakanlah dia pergi!" bujuk ayahnya.
Keluarga itu berusaha menenangkan Anita tidak hanya dengan bujuk rayu. Mereka juga berusaha menenangkan dengan kekuatan tenaga sebab Anita selalu memberontak dan ingin berlari menyusul Andi.
"Andi aku ikut! Tunggu aku, Andi!" pekik Anita berulang-ulang.
Apa yang sesungguhnya terjadi? Malam itu, tanpa seorang pun tahu sebenarnya Anita sungguh-sungguh merasakan kehadiran Andi. Cowok itu datang kepadanya dengan pakaian serba putih. Dan dia selalu melambai-lambaikan tangannya, mengajak Anita pergi bersamanya. Karena itulah kemudian Anita memanggil-manggil Andi, hingga akhirnya mencemaskan seluruh penghuni rumah itu.
Setelah lepas 40 hari kematian Andi, Anita memang selalu merasakan kehadiran Andi di dalam kamarnya. Bayangan lelaki itu kerap muncul dengan pakaian serba putihnya, sehingga Andi nampak sangat tampan dan mempesona. Namun di waktu lain Andi justeru muncul dalam wujud yang menyeramkan. Ya, terkadang dia hadir dalam bayangan sosok tubuh yang hancur dan kepala remuk, sehingga tampaklah cairan otaknya yang meleleh.
Dalam kenyataan lain, akibat melihat penampakan-penampakan seperti itu Anita kerap merengek-rengek minta ikut bersama Andi. Namun di saat yang lain Anita pun kerap menjerit-jerit ketakutan. Keluarganya pun hampir setiap malam selalu sibuk menenangkannya. Mereka juga telah mendatang dokter, psikiater, bahkan dukun untuk coba membujuk Anita agar melupakan Andi. Namun semuanya seperti sia-sia. Bahkan, paranomal yang diminta tolong mengatakan bahwa Anita takkan pernah bisa terlepas dari bayangan arwah Andi. Alasannya? "Mereka satu sama lain telah terikat pada sumpah sehidup semati," kata si paranormal.
Memang, malam itu selepas melakukukan hubungan yang sangat terlarang itu, mereka telah mengikrarkan sumpah untuk saling mencinta sehidup semati. Sumpah ini ternyata telah menjadi semacam ikatan gaib antara Anita dan Andi, sehingga setelah mati pun Andi selalu mendatangi Anita, di saat malam dan di saat gadis itu sunyi dalam kesendirian.
Arwah Andi terus mengunjungi Anita, hingga akhirnya Anita pun tak kuasa menahan kerinduan. Dia menderita sakit. Dalam sakitnya dia selalu menyebut-nyebut nama Andi. Seminggu setelah terbaring sakit, di suatu malam gelap berselimut hujan, Anita menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang menangisi kepergiannya. Namun, Anita telah pergi bersama cinta dan dan kerinduannya. Juga bersama dosa yang hitam.
Kisah mistis ini sungguh-sungguh telah menimpa seorang sahabat saya (Penulis-Red). Demi menjaga privacy mereka, nama-nama tokoh sengaja telah disamarkan....
Kehilangan sesuatu yang kita cintai sungguh merupakan hal yang sangat menyakitkan. Apalagi kehilangan seorang pujaan hati, dambaan kalbu. Sungguh, ini kenyataan yang sangat pahit. Setidaknya, begitulah yang dialami Anita. Sejak kehilangan Andi, hidupnya serasa tak berarti. Hari-harinya penuh dengan kesedihan. Batinnya selalu dilanda gemuruh tak menentu yang membuatnya kembali menangis, menangis, dan menangis.
"Sudahlah, lupakanlah Andi, Nita! Sepanjang waktu pun kau menangis, dia tidak akan bisa kembali bersama kita," bujuk Siska, sahabat setianya yang selalu mencoba menghibur dan memberi harapan-harapan baru.
Siska boleh saja bicara seperti itu, sebab dia memang tidak merasakan apa yang dialami oleh Anita. Kematian Andi baginya merupakan kenyataan pahit yang sangat sulit dipercaya. Bagaimana mungkin dia bisa memperacayainya. Hanya sekitar satu jam sebelum malaikat maut merenggut nyawa Andi, Anita baru saja bersamannya. Bahkan mereka baru saja melakukan hal yang sama sekali terlarang bagi keduanya.
Ya, malam minggu itu sejak sore hingga malam hari mereka menikmatinya berdua saja. Mulanya mereka memadu kasih di tepi pantai sambil membicarakan tentang masa depan yang akan mereka jalani bersama. Entah setan mana yang akhirnya menuntun mereka melangkah ke kamar sebuah losmen sederhana. Di sanalah cinta mereka saling berlabuh. Andi memacu hasrat cintanya, dan Anita hanya bisa mendesah dan menjerit kecil dalam kepasrahan sorgawi. Lalu segalanya berubah begitu cepat. Kenikmatan itu sepertinya hanya sesaat saja mereka reguk. Di saat peluh belum lagi mengering, mereka telah terjerambab ke dalam jurang penyesalan. Anita hanya bisa menangisi sesuatu yang hilang dari dirinya. Miliknya yang paling berharga.
"Maafkan aku, Nita. Tidak seharusnya kita melakukan perbuatan ini, Sayang!" bisik Andi dengan mata nanar dan wajah pucat.
Anita menggeleng pelan sambil menggigit bibirnya yang indah. Dia pun coba membohongi dirinya, "Tidak, Sayang! Aku menangis begini justeru karena aku bahagia."
Mereka pun berpelukan mesra. Dan mereka mencoba untuk tidak menyesalinya.
Malam itu mereka pergi meninggalkan kamar losmen dengan hati yang mencoba sungguh-sungguh bahagia dengan kenistaan yang telah mereka lakukan. Dengan pelukan erat tangan Anita yang duduk di jok belakang, Andi memacu Kawasaki Ninja-nya menembus kegelapan malam. Andi yang senang ngebut tentu tak pernah mau kompromi dengan sepeda motornya. Dia memacu kendaraan itu nyaris seperti lesatan anak panah dari busurnya. Begitu cepat, hingga beberapa kali Anita harus mencubit pinggangnya agar sang kekasih mengurangi laju kendaraannya. Tapi Andi hanya mau mengerti sedikit saja. Hanya sesekali dia mengurangi laju sepeda motor ber-CC besar itu. Setelah itu dia kembali ngebut, hingga hanya sepuluh menit kemudian mereka tiba di rumah Anita.
Waktu itu jarum jam telah menunjukkan pukul 24 WIB lewat beberapa menit. Karena malam sudah cukup larut, Andi terpaksa tidak mampir lagi di rumah Anita. Setelah mengantar gadis kelas 3 SMA itu sampai depan pintu rumahnya, Andi pun segera berpamitan. Anita pun tidak memaksanya untuk singgah karena malam memang sudah hampir larut.
"Hati-hati, jangan ngebut ya, Sayang!" pesan Anita. Aneh, tak seperti biasanya dia berpesan seperti ini, sebab dia telah tahu hobi berat pacarnya itu. Dipesan seribu kali pun Andi pasti akan tetap ngebut.
Entah mengapa, Anita mengucapkan pesan tersebut malam itu. Mungkin hal ini semata-mata karena didorong oleh nalurinya yang memberi tahu bahwa akan terjadi sesuatu pada diri Andi, pacarnya. Dan kenyataannya memang seperti itulah. Satu jam setelah kepergian Andi, Anita yang sedang melamunkan sensasi mesra yang baru saja dilakukannya bersama Andi, tiba-tiba dikejutkan oleh bunyi ponselnya. Dan keterkejutannya kian sempurna ketika dia mendengar kabar dari seseorang nun jauh di sana.
"Andi baru saja tabrakan. Kalau sempat, lekaslah kau ke rumah sakit, Nita!"
Demikianlah kabar yang membuat Anita sekali lagi harus menumpahkan air matanya....
***
Anita jatuh tak sadarkan diri ketika malam itu tiba di rumah sakit dan mendapat berita bahwa Andi telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia sulit percaya dengan kenyataan yang sepertinya begitu cepat terjadi ini.
Tapi, memang begitulah yang telah telah terjadi. Andi harus mati karena kecerobohannya sendiri. Malam itu di jalanan dia mendapatkan musuh pengendara sepeda motor yang lain, yang mengajaknya balapan. Bagi Andi, pantang didahului oleh siapa pun ketika sedang ngebut. Namun sepeda motor itu tiba-tiba saja menyalipnya. Andi tentu saja panas hatinya. Dia segera mengejar sepeda motor itu. Kejar-kejaran pun terjadi. Dengan sepeda motor yang ber-CC besar Andi tentu saja berhasil menyalip. Namun dia rupanya lengah. Saat jalanan menikung, di sana ada sebuah mesin perata jalan yang tengah terparkir. Andi tak menduga sama sekali. Dia terlambat mengantispasi. Dengan kecepatan 150 Km. perjam sepeda motornya menghantam roda besi mesin itu. Andi terpental beberapa puluh meter. Kawasaki Ninja-nya ringsek dan patah menjadi dua bagian. Sementara itu tubuh Andi yang hanya terbuat dari tulang dan daging itu mengalami keadaan yang lebih parah. Tubuh itu remuk dengan kepala pecah. Andi pun meninggal di tempat kejadian.
Betapa tragis kematian Andi. Kenyataan inilah yang sulit diterima oleh Anita. Namun sesungguhnya bukan semata kepergian Andi yang tragis itu yang terus membuatnya bersedih. Kesedihan Anita juga ditambahi oleh apa yang telah dilakukan oleh Andi malam itu atas dirinya. Ya, tiba-tiba saja Anita menganggap betapa tidak adilnya kehidupan ini. Mengapa kehidupan harus berlalu dari diri Andi ketika cowok itu telah menanamkan noda di tubuhnya?
Sesungguhnya hal itulah yang membuat air mata Anita selalu mengalir deras, sehingga Siska yang paling dekat dengannya pun sulit untuk menghiburnya dari kesedihan.
"Sampai kapan kau akan terus menangisi kepergian Andi, Nita? Relakanlah dia berpulang ke sisiNya. Jangan bebani dia dengan tangismu!" bujuk Siska seperti seorang ibu yang berusaha meminumkan obat kepada anaknya yang masih balita.
Anita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berusaha menghentikan tangisnya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, kendati sebenarnya dia sangat ingin menceritakan hal yang sebenarnya kepada Siska. Namun dia takut Siska bukannya bersimpati, apalagi memberikan jalan keluar untuk dirinya, malahan Siska akan membenci dan mencemoohnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan Siska yang alim itu akan berubah benci dan menganggap dirinya sebagai gadis murahan.
***
Karena pukulan batin yang teramat berat, Anita yang selama ini dikenal sebagai primadona di SMA-nya itu akhirnya mengalami banyak perubahan. Hari-harinya tak lagi ceria. Kecantikannya pun mulai pudar. Lihatlah, rambutnya yang dulu indah tergerai kini berubah kusut masai tak terawat lagi. Kulitnya yang halus pun kini mulai tumbuh bintik-bintik merah dan kehitaman karena dia sudah malas mandi. Sehari-hari kerjanya hanya mengurung diri di dalam kamar. Dia bahkan sudah melupakan sekolahnya.
Pada malam 40 hari kematian Andi, Anita tiba-tiba berteriak-teriak histeris dan memohon agar Andi membawanya pergi bersamanya.
"Bawalah aku, Andi…! Aku ikut…aku ikut, Sayang!"
Begitulah kata-kata yang diucapkan Anita dalam rintih, tangis dan jeritannya. Ayah dan ibunya berusaha menenangkannya, termasuk juga kakak dan adiknya, serta pembantu yang bekerja di rumah itu.
"Sadarkah, Nak! Lupakanlah, Andi. Relakanlah dia pergi!" bujuk ayahnya.
Keluarga itu berusaha menenangkan Anita tidak hanya dengan bujuk rayu. Mereka juga berusaha menenangkan dengan kekuatan tenaga sebab Anita selalu memberontak dan ingin berlari menyusul Andi.
"Andi aku ikut! Tunggu aku, Andi!" pekik Anita berulang-ulang.
Apa yang sesungguhnya terjadi? Malam itu, tanpa seorang pun tahu sebenarnya Anita sungguh-sungguh merasakan kehadiran Andi. Cowok itu datang kepadanya dengan pakaian serba putih. Dan dia selalu melambai-lambaikan tangannya, mengajak Anita pergi bersamanya. Karena itulah kemudian Anita memanggil-manggil Andi, hingga akhirnya mencemaskan seluruh penghuni rumah itu.
Setelah lepas 40 hari kematian Andi, Anita memang selalu merasakan kehadiran Andi di dalam kamarnya. Bayangan lelaki itu kerap muncul dengan pakaian serba putihnya, sehingga Andi nampak sangat tampan dan mempesona. Namun di waktu lain Andi justeru muncul dalam wujud yang menyeramkan. Ya, terkadang dia hadir dalam bayangan sosok tubuh yang hancur dan kepala remuk, sehingga tampaklah cairan otaknya yang meleleh.
Dalam kenyataan lain, akibat melihat penampakan-penampakan seperti itu Anita kerap merengek-rengek minta ikut bersama Andi. Namun di saat yang lain Anita pun kerap menjerit-jerit ketakutan. Keluarganya pun hampir setiap malam selalu sibuk menenangkannya. Mereka juga telah mendatang dokter, psikiater, bahkan dukun untuk coba membujuk Anita agar melupakan Andi. Namun semuanya seperti sia-sia. Bahkan, paranomal yang diminta tolong mengatakan bahwa Anita takkan pernah bisa terlepas dari bayangan arwah Andi. Alasannya? "Mereka satu sama lain telah terikat pada sumpah sehidup semati," kata si paranormal.
Memang, malam itu selepas melakukukan hubungan yang sangat terlarang itu, mereka telah mengikrarkan sumpah untuk saling mencinta sehidup semati. Sumpah ini ternyata telah menjadi semacam ikatan gaib antara Anita dan Andi, sehingga setelah mati pun Andi selalu mendatangi Anita, di saat malam dan di saat gadis itu sunyi dalam kesendirian.
Arwah Andi terus mengunjungi Anita, hingga akhirnya Anita pun tak kuasa menahan kerinduan. Dia menderita sakit. Dalam sakitnya dia selalu menyebut-nyebut nama Andi. Seminggu setelah terbaring sakit, di suatu malam gelap berselimut hujan, Anita menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang menangisi kepergiannya. Namun, Anita telah pergi bersama cinta dan dan kerinduannya. Juga bersama dosa yang hitam.
8 komentar:
nice posting...sebuah cerita yang menyentuh dan memprihatinkan. satu nilai plus setelah membaca nya, cerita ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk saya...thanks....apakah saya juga bisa mempostingkan cerita2 mistis di blog anda....
Sebuah kisah yang sangat menyentuh dan bisa diambil hikmahnya bagi kita semua,,,, Ya,, Allah,, hindarkalah hamba dari perbuatan yang engakau larang,,, Amien,,,
itulah cinta sejati akan di bawa mati, perempuan itu akan malu kalau nanti di tuntut keprawanannya pada laki yg lain, makanya menginginkan dia mati bareng saja, itulah lemahnya iman.
jodoh ,rejeki, dan jodoh hanya Allah yang tahu semua ini.
duh salah ketik seharsnya mati
Kalau mau berdoa, ya berdoa saja pada tuhan, tak perlu dipamerkan pada orang2 melalui postingan. Emang tuhan main internet
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau
Posting Komentar